Bangun Pandangan Kritis Mahasiswa, BEM KM Fakultas Ekonomi Universitas Bojonegoro Adakan Kajian Isu Krisis Pangan Global

Rabu, 31 Jan 2024, 20:40:20 WIB - 149 View
Share
Bangun Pandangan Kritis Mahasiswa, BEM KM Fakultas Ekonomi Universitas Bojonegoro Adakan Kajian Isu Krisis Pangan Global

BOJONEGORO – Salah satu sektor yang mampu menjadi kunci menghadapi terpaan krisis global yaitu industri pangan. Ketersediaan pangan yang dapat dijangkau berbagai pihak dinilai mampu ikut menjaga stabilitas ekonomi nasional, sehingga ketahanan pangan perlu menjadi fokus untuk ditingkatkan dengan mewujudkan pangan yang berdaulat dan mandiri. Pemerintah melakukan upaya untuk mendorong ketahanan pangan melalui berbagai bauran strategi dan kebijakan. Salah satunya adalah kebijakan tentang impor bahan Pangan dari negara lain. Hal ini dilakukan karena melihat dari faktor Perubahan Iklim, pasca Covid-19, perang beberapa negara di Dunia Rusia dan Ukraina, dan Jumlah Penduduk Indonesia yang terus meningkat.

Menyikapi adanya kebijakan impor bahan pangan yang dilaksanakan pemerintah Indonesia serta adanya ancaman krisis pangan, BEM KM Fakultas Ekonomi mengadakan kajian isu mengenai kebijakan tersebut pada Selasa, 16 Januari 2024. Moderator mulai menyibak isu yang akan dikaji dengan membagi peserta diskusi yang merupakan seluruh anggota BEM Fakultas Ekonomi menjadi 2 tim, yaitu tim pro dan tim kontra terhadap kebijakan pemerintah.

Menurut Tim pro, Kebijakan impor bahan pangan memiliki pengaruh yang positif terhadap kestabilkan pangan, mengurangi terjadinya kelaparan, dan dapat mencukupi cadangan pangan masyarakat. Selain Itu, tim pro juga menjelaskan kemungkinan yang terjadi apabila negara tidak melakukan impor, maka masyarakat harus siap dengan harga beras yang akan terus melambung tinggi dan pada akhirnya dapat menimbulkan kelaparan untuk masyarakat karena tidak dapat membeli kebutuhan pangan mereka.

Pernyataan tim pro dibantah dengan tegas oleh lawan dengan argumen bahwa impor bahan pangan bukanlah solusi yang tepat saat ini. “Untuk menuju indonesia emas masalah pangan harusnya bisa diselesaikan oleh negara sendiri, jika import terus dilakukan para petani yang akan menanggung dampaknya karena harga beras akan murah dan secara terus menurus mengalami keanjlokan harga yang luar biasa.” Papar perwakilan dari tim kontra.

Melihat dari sudut pandang yang berbeda, tim pro mencoba menyoroti kurangnya minat anak-anak muda untuk menjadi petani di masa mendatang. “Bahkan dari mahasiswa pertanian sendiri, minat untuk menjadi petani sangatlah minim. Hal ini dapat mengakibatkan jumlah petani menurun setiap tahunnya. Permasalahan tersebut berakar dari pola pikir yang kurang baik. Sehingga nantinya dikhawatirkan akan berimbas untuk ketersediaan pangan di masa depan.” Jelasnya.

“Jika melihat dari pernyataan mengenai sumber daya manusia yang semakin melemah. Lantas yang perlu diperbaiki sumber daya manusia di masa depan atau memperparah keadaan petani di masa sekarang? Karena nyatanya jika impor beras dilakukan. Petani dimasa sekarang yang akan terus rugi. Yang terpenting dan perlu dilakukan adalah membatasi impor. Jika petani di masa sekarang saja dibuat menderita oleh kebijakan impor yang dilakukan tanpa mengenal batasan. Apakah para anak muda akan tergugah hatinya melihat profesi petani yang begitu sengsara. Bahkan rasanya memepercayakan nasib mereka kepada pemerintah negara sendiri-pun mustahil, Jika impor terus dilakukan. Jadi, membatasi impor akan membuat anak muda merubah pola pikir mereka, supaya mau menjadi petani muda.” Tutur tim kontra yang membuat ruang BEM Fakultas Ekonomi semakin panas karena dua tim yang saling menyerang pendapat.

Argumen dari tim kontra diperkuat dengan data bahwa impor beras di Indonesia mengalami kenaikan lebih tinggi sejak 5 tahun terakhir, ini jelas bukanlah hal yang baik dengan melihat para petani di indonesia yang tidak sedikit.  “Lalu bagaimana cara kita mengoptimalkan petani jika terus melakukan impor?” Sarkas tim kontra dengan telak yang membukam pendapat dari tim pro.

Kebijakan impor beras memang bisa dilakukan dan memiliki nilai positif jika bertujuan untuk mencukupi cadangan pangan masyarakat. Tapi tidak, jika dilakukan terus menurus tanpa memperhatikan nasib para petani lokal yang seharusnya juga butuh dukungan dari pemerintah Indonesia.

Jika melihat dari pernyataan yang ada. Kalian termasuk golongan tim pro apa tim yang kontra terhadap kebijakan impor bahan pangan pemerintah Indonesia nih?